Sabtu, 14 Juli 2012

Sejarah Harvest Moon pertama kali berawal di dunia SNES. 


Game yang di Jepang bernama Bokojou Monogatari ini langsung menangkap perhatian para gamer di Jepang karena gameplaynya yang unik dan orisinil. Hanya saja, Harvest Moon pertama tidaksempat dikenal oleh kalangan luas karena dirilis pada akhir masa hidup console SNES. Lebih ironis lagi adalah ketika ia masuk ke US pada tahun 1997 ketika semua orang tengah tergila-gila akan kedahsyatan Playstation.

Harvest Moon mencapai masa jayanya di Indonesia (juga dunia) ketika seri pertamanya dirilis untuk Playstation. Dengan tajuk Harvest Moon: Back to Nature, game ini menampilkan apa yang nampaknya sangat digemari oleh para wanita (juga pria) di Indonesia; sebuah game simulasi pertanian dengan tampilan yang imut – dengan tambahan unsur love simulation dalamnya! Harvest Moon: Back to Nature pun menjadi salah satu versi tersukses dalam seri ini yang membuat Natsume tergiur untuk meremake dan merilisnya dalam versi portable di GBA.

Konsep portable yang diusung oleh GBA ternyata mampu mewujudkan sebuah dunia Harvest Moon yang sangat dinamis. Versi GBA dari Harvest Moon memang memotong sedikit dari versi Playstationnya (disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dari cartridge mungil GBA), toh hal tersebut ditebus dengan sebuah iming-iming yang menggiurkan, yakni membawa peternakan kita ke manapun di saku kita! Bayangkan: kalian sedang bosan di perjalanan tanpa kerjaan, dan kita bisa langsung menanam dan berkencan. Melanglang buana ke dunia pertanian kita sendiri di Mineral Town!

Gameplay dari Harvest Moon sebenarnya masih sama. Kita dituntut untuk menanam berbagai macam sayur mayur di ladang kita, merawat ternak kita, memetik hasilnya, dan menggaet salah satu dari 5 gadis yang tersedia (6 kalau kita menghitung 1 gadis spesial) sebagai istri kita. Nampak membosankan? Jangan salah. Bila kita memang menggemari permainan bertipe simulasi, Harvest Moon akan memuaskan kebutuhan kita. Kita tidak hanya dituntut untuk berkutat di tempat pertanian kita – tetapi juga untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan berbagai karakter di kota kita.

Semula, kita mungkin akan sangat direpotkan dengan tugas ini dan itu dalam keseharian kita. Tetapi bila kita bersabar dan terus menjalin relasi baik dengan para sprites, maka dalam waktu singkat kita akan mendapat banyak pembantu yang siap bekerja bagi kita. Setelah memeras keringat dalam Spring, Summer, dan Fall (Autumn), maka dalam Winter kita bisa menuai hasilnya dan mulai bersenang-senang dan mencurahkan waktu untuk menarik perhatian gadis yang kita sukai. Semuanya bebas sesuai kehendak kita!

Untuk urusan grafis dan suaranya, mungkin Harvest Moon bukanlah yang terunggul dalam bidangnya. Masih ada Golden Sun ataupun Lunar Legends misalnya yang memiliki grafis 2D maupun semi 3D yang lebih mumpuni. Toh, itu tidak berarti Harvest Moon memiliki grafis yang jelek. Hampir keseluruhan dari grafisnya berasal dari game originalnya – dengan penurunan kualitas yang tidak berarti. Suara dalam Harvest Moon adalah kelemahan utama dalam game ini. Sangat repetitif dan membosankan.

Replayability dalam memainkan game ini tergantung dari diri kita sendiri. Kita lebih suka membangun segala sesuatu dari awal? Game ini memiliki replay value yang sangat tinggi bila demikian. Kita bisa terus mencoba new game dan mendapatkan kondisi pertanian yang berbeda. Walau prinsip kita untuk mencapai kesejahteraan sejatinya sama, kita bisa menggunakan berbagai variasi yang berbeda untuk melakukannya. Mungkin sekarang kita ingin memfokuskan menjadi seorang peternak, penambang, atau bahkan penangkap ikan ketimbang seorang petani? Atau kita sudah bosan dengan istri kita dan ingin memulai dari awal untuk mencari wanita idaman lain? Pilihannya ada di tangan kita!
 

1 komentar:

  1. Harvest moon ini memang menarik perhatian buat pecinta game harvest moon indonesia

    http://ditostevensadega.blogspot.com/

    BalasHapus